Pengertian Komunikasi yang Efektif Menurut Para Ahli - Komunikasi efektif (komunikasi yang efektif) adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dimana respons atau efek yang terjadi pada komunikan (baik efek kognisi, efek afeksi, atau efek konasi) sesuai dengan tujuan komunikator.
Secara sederhana komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan oleh pengirim sama maknanya dengan pesan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Jika anda mengatakan: “Jangat ribut!” Maka orang yang mendengar itu (orang yang dimaksud oleh pengirim) memahami bahwa kalimat “jangat ribut” itu diartikan sebagai tindakan tidak berisik, tidak gaduh, atau diam tanpa suara, kemudian orang-orang itu diam, maka komunikasi menjadi efektif sebab “jangan ribut” yang diinginkan oleh komunikator kenyataannya sama makna dengan pemahaman orang yang diajak bicara tadi. Akan tetapi komunikasi bisa menjadi tidak efektif apabila pesan yang diinginkan komunikator tidak semakna dengan pemahaman komunikan.
Contoh: Suatu hari anda melihat orang yang melambaikan tangan di tengah kolam renang, lalu anda membalasnya dengan lambaian tangan lagi. Bagi orang yang di kolam renang lambaian tangan anda tidak bermakna apa-apa sebab yang dia butuhkan bukan lambaian tangan lagi melainkan pertolongan anda, karena dia sedang tenggelam dan tidak bisa berenang.
Pesan harus dimaknai bersama antara penyampai dan penerima, sebab dengan memahami makna yang sama terhadap suatu pesan, maka tindakan yang diharapkan terhadap efek komunikasi menjadi sama. Perbedaan
makna pesan (persepsi) akan menghasilkan salah menafsirkan maksud pesan (misinterpretasion), misinterpretasi akan berakibat misunderstanding, hasilnya akan misaction.
Jadi, secara sederhana komunikasi disebut efektif bila:
Perception -----> interpretation --------> understanding -------> action
Sebaliknya bila komunikasi tidak efektif akan berakibat:
Misperception---- misinterpretation---->misunderstanding ----> misaction
Menurut Stewart L. Tubb dan Sylvia Moss (dalam Mulyana, 2001), komunikasi yang efektif memiliki tanda-tanda antara lain:
Komunikasi dikatakan efektif apabila penerima pesan (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas isi pesan yang disampaikan oleh komunikator. Kegagalan utama berkomunikasi disebabkan oleh ketidakpamahaman komunikan dalam mencermati isi pesan yang dimaksud oleh komunikasi. (Lihat contoh kata “apple” dan kalimat “Jangan Ribut!” pada uraian sebelumnya.
Ketika Anda mengatakan: “Halo!”, “Selamat pagi!”, anda mugkin tidak bermaksud mencari informasi dari orang yang anda sapa. Komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk memperoleh kesenangan.
Komunikasi seperti inilah yang dapat mempertahankan hubungan insani, sehingga timbul keakraban, kehangatan, dan menyenangkan. Komunikasi akan efektif apabila timbul rasa senang diantara pelaku komunikasi, baik pada saat komunikasi berlangsung maupun setelah proses komunikasi terjadi.
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain, dan berusaha agar orang lain tidak hanya memahami ucapan kita, tetapi agar orang mengikuti apa yang kita inginkan. Suatu hari Anda mengajak masyarakat untuk menanami
tanaman pada tanah gersang dan banyak baru-batuan. Anda menjelaskan bahaya longsor dan bahaya banjir bila hujan turun, pidato Anda begitu meyakinkan. Anda jangan puas dengan anggukan kepala komunikan, sebab tujuan berpidato di depan mereka adalah agar mereka menghentikan penebangan hutan, dan menanam tumbuhan di tanah yang gundul. Komunikasi akan efektif bila pesan yang Anda sampaikan diterima oleh komunikan, kemudian komunikan berbuat sesuatu sesuai dengan ajakan Anda. Komunikasi secara persuasif akan efektif dilakukan untuk mempengaruhi sikap mereka.
Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak akan bertahan hidup sendirian. Dia butuh orang lain untuk
melangsungkan kehidupannya. Dia membutuhkan hubungan dengan yang lain, maka dia harus berinterkasi dengan sesamanya. Interaksi terjadi kalau ada kontak dan komunikasi. Komunikasi yang dilakukannya bertujuan untuk menumbuhkan hubungan yang baik. Hubungan yang baik dapat berupa kehangatan, keakraban, atau saling cinta. Jika komunikasi menimbulkan hubungan yang tidak baik, seperti perpecahan, kebencian, dan permusuhan, maka komunikasi menjadi tidak efektif.
Efektifitas komunikasi biasanya dikukur oleh tindakan nyata. Masyarakat berbondong-bondong menyumbangkan harta atau pakain setelah mengetahui berita betapa mengenaskannya korban bencana longsor. Warga desa Gunung Kidul menghemat air untuk persedian di musim kemarau setelah mendapat penjelasan dari aparat mengenai akan datangnya kemarau panjang. Masyarakat beramai-ramai menanam kembali areal hutannya yang sudah ditebang setelah mendapat penjelasan dari penyuluh kehutanan bahwa hutan gundul berarti petaka bagi kita dan kehidupan.
Peserta didik memungut dan memilah sampah di halaman setelah di kelas mereka diajarkan guru tentang pentingnya memilih dan memilah sampah berdasarkan bahan dasar pembuatannya. Menimbulkan tindakan yang nyata merupakan indikator efektifitas komunikasi. Untuk menimbulkan tindakan, terlebih dahulu harus menanamkan pengertian, menimbulkan kesenangan, membentuk sikap, dan menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan merupakan akumulasi seluruh proses komunikasi.
Dalam konteks pembelajaran, tanda-tanda komunikasi yang efektif seperti yang dijelaskan Moss di atas terjadi antara guru dan peserta didik sebagai pelaku komunikasi. Komunikasi akan efektif bila terjadi pemahaman yang sama dalam memaknai suatu pesan (muatan-muatan pelajaran) antara guru dan peserta didik. Komunikasi akan efektif apabila guru dan peserta didik merasa senang dengan apa yang dikerjakan di kelas, di laboratorium atau di tempat lain pada saat proses pembelajaran terjadi.
Komunikasi akan efektif apabila terjadi hubungan yang baik diantara guru dan peserta didik. Saling menghargai, menghormati, dan santun dalam berkata dan bertutur kata merupakan salah satu faktor untuk menjalin hubungan yang baik diantara pelaku komunikasi (guru dan peserta didik). Menjalin hubungan yang baik akan mempengaruhi sikap bagi peserta didik. Diharapkan peserta didik akan senang dalam belajar, mencintai belajar, dan menghargai proses belajar sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.
Secara sederhana komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan oleh pengirim sama maknanya dengan pesan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Jika anda mengatakan: “Jangat ribut!” Maka orang yang mendengar itu (orang yang dimaksud oleh pengirim) memahami bahwa kalimat “jangat ribut” itu diartikan sebagai tindakan tidak berisik, tidak gaduh, atau diam tanpa suara, kemudian orang-orang itu diam, maka komunikasi menjadi efektif sebab “jangan ribut” yang diinginkan oleh komunikator kenyataannya sama makna dengan pemahaman orang yang diajak bicara tadi. Akan tetapi komunikasi bisa menjadi tidak efektif apabila pesan yang diinginkan komunikator tidak semakna dengan pemahaman komunikan.
Contoh: Suatu hari anda melihat orang yang melambaikan tangan di tengah kolam renang, lalu anda membalasnya dengan lambaian tangan lagi. Bagi orang yang di kolam renang lambaian tangan anda tidak bermakna apa-apa sebab yang dia butuhkan bukan lambaian tangan lagi melainkan pertolongan anda, karena dia sedang tenggelam dan tidak bisa berenang.
Pesan harus dimaknai bersama antara penyampai dan penerima, sebab dengan memahami makna yang sama terhadap suatu pesan, maka tindakan yang diharapkan terhadap efek komunikasi menjadi sama. Perbedaan
makna pesan (persepsi) akan menghasilkan salah menafsirkan maksud pesan (misinterpretasion), misinterpretasi akan berakibat misunderstanding, hasilnya akan misaction.
Jadi, secara sederhana komunikasi disebut efektif bila:
Perception -----> interpretation --------> understanding -------> action
Sebaliknya bila komunikasi tidak efektif akan berakibat:
Misperception---- misinterpretation---->misunderstanding ----> misaction
Menurut Stewart L. Tubb dan Sylvia Moss (dalam Mulyana, 2001), komunikasi yang efektif memiliki tanda-tanda antara lain:
1) Pemahaman.
Komunikasi dikatakan efektif apabila penerima pesan (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas isi pesan yang disampaikan oleh komunikator. Kegagalan utama berkomunikasi disebabkan oleh ketidakpamahaman komunikan dalam mencermati isi pesan yang dimaksud oleh komunikasi. (Lihat contoh kata “apple” dan kalimat “Jangan Ribut!” pada uraian sebelumnya.
2) Kesenangan.
Ketika Anda mengatakan: “Halo!”, “Selamat pagi!”, anda mugkin tidak bermaksud mencari informasi dari orang yang anda sapa. Komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk memperoleh kesenangan.
Komunikasi seperti inilah yang dapat mempertahankan hubungan insani, sehingga timbul keakraban, kehangatan, dan menyenangkan. Komunikasi akan efektif apabila timbul rasa senang diantara pelaku komunikasi, baik pada saat komunikasi berlangsung maupun setelah proses komunikasi terjadi.
Gambar: Ekspresi kesenangan dalam belajar antara guru dan peserta didik
(sumber: www.panduanguru.com)
(sumber: www.panduanguru.com)
3) Mempengaruhi Sikap.
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain, dan berusaha agar orang lain tidak hanya memahami ucapan kita, tetapi agar orang mengikuti apa yang kita inginkan. Suatu hari Anda mengajak masyarakat untuk menanami
tanaman pada tanah gersang dan banyak baru-batuan. Anda menjelaskan bahaya longsor dan bahaya banjir bila hujan turun, pidato Anda begitu meyakinkan. Anda jangan puas dengan anggukan kepala komunikan, sebab tujuan berpidato di depan mereka adalah agar mereka menghentikan penebangan hutan, dan menanam tumbuhan di tanah yang gundul. Komunikasi akan efektif bila pesan yang Anda sampaikan diterima oleh komunikan, kemudian komunikan berbuat sesuatu sesuai dengan ajakan Anda. Komunikasi secara persuasif akan efektif dilakukan untuk mempengaruhi sikap mereka.
4) Hubungan Sosial yang Baik.
Manusia adalah makhluk sosial, dia tidak akan bertahan hidup sendirian. Dia butuh orang lain untuk
melangsungkan kehidupannya. Dia membutuhkan hubungan dengan yang lain, maka dia harus berinterkasi dengan sesamanya. Interaksi terjadi kalau ada kontak dan komunikasi. Komunikasi yang dilakukannya bertujuan untuk menumbuhkan hubungan yang baik. Hubungan yang baik dapat berupa kehangatan, keakraban, atau saling cinta. Jika komunikasi menimbulkan hubungan yang tidak baik, seperti perpecahan, kebencian, dan permusuhan, maka komunikasi menjadi tidak efektif.
5) Tindakan.
Efektifitas komunikasi biasanya dikukur oleh tindakan nyata. Masyarakat berbondong-bondong menyumbangkan harta atau pakain setelah mengetahui berita betapa mengenaskannya korban bencana longsor. Warga desa Gunung Kidul menghemat air untuk persedian di musim kemarau setelah mendapat penjelasan dari aparat mengenai akan datangnya kemarau panjang. Masyarakat beramai-ramai menanam kembali areal hutannya yang sudah ditebang setelah mendapat penjelasan dari penyuluh kehutanan bahwa hutan gundul berarti petaka bagi kita dan kehidupan.
Peserta didik memungut dan memilah sampah di halaman setelah di kelas mereka diajarkan guru tentang pentingnya memilih dan memilah sampah berdasarkan bahan dasar pembuatannya. Menimbulkan tindakan yang nyata merupakan indikator efektifitas komunikasi. Untuk menimbulkan tindakan, terlebih dahulu harus menanamkan pengertian, menimbulkan kesenangan, membentuk sikap, dan menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan merupakan akumulasi seluruh proses komunikasi.
Dalam konteks pembelajaran, tanda-tanda komunikasi yang efektif seperti yang dijelaskan Moss di atas terjadi antara guru dan peserta didik sebagai pelaku komunikasi. Komunikasi akan efektif bila terjadi pemahaman yang sama dalam memaknai suatu pesan (muatan-muatan pelajaran) antara guru dan peserta didik. Komunikasi akan efektif apabila guru dan peserta didik merasa senang dengan apa yang dikerjakan di kelas, di laboratorium atau di tempat lain pada saat proses pembelajaran terjadi.
Komunikasi akan efektif apabila terjadi hubungan yang baik diantara guru dan peserta didik. Saling menghargai, menghormati, dan santun dalam berkata dan bertutur kata merupakan salah satu faktor untuk menjalin hubungan yang baik diantara pelaku komunikasi (guru dan peserta didik). Menjalin hubungan yang baik akan mempengaruhi sikap bagi peserta didik. Diharapkan peserta didik akan senang dalam belajar, mencintai belajar, dan menghargai proses belajar sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.