Proses Perambatan Gelombang Gempa Bumi

Proses Perambatan Gelombang Gempa Bumi - Fokus mengeluarkan gelombang gempa dengan jenis berbeda yang menyebabkan batuan yang dilintasinya bergetar dengan cara yang berbeda. Jika gempa mengguncang batuan sepanjang suatu sesar, guncangan diteruskan oleh getaran yang disebut gelombang seismik. Gelombang ini merambat ke segala arah dari sumber gempa. Seperti riak yang terjadi bila kerikil dijatuhkan di kolam, gelombang itu menyebar secara konsentris. Ada yang merambat lewat bagian dalam bumi, ada pula yang merambat sepanjang permukaannya.
Dengan seismograf, ahli geologi telah mengidentifikasi tiga jenis utama gelombang seismik. Getaran pertama yang mencapai seismograf adalah gelombang kompresi atau gelombang primer (P). Gelombang P bergerak melalui batuan dengan memampatkan dan memuaikan batunya sendiri.
Gelombang berikut yang sampai, atau gelombang sekunder (S), berupa gelombang geser. Gelombang S merambat menembus batuan dengan gerakan naik turun. Kalau gelombang P dan S mencapai permukaan, sebagian berubah menjadi gelombang seismik jenis ketiga, yaitu gelombang permukaan Love dan Rayleight. 

Gelombang permukaan (gelombang Love) adalah paling lamban dengan pola gerakan menghentak bolak-balik seperti jalan menyamping ular bandotan gurun, tetapi paling merusak. Gelombang Love dapat mengelilingi bumi sebelum mereda. Gelombang Rayleigh bergerak naik-turun seperti gelombang samudra. Gelombang P dengan gampang merambati zat padat dan cair, tetapi gelombang S hanya merambati zat padat saja. 

Pada umumnya makin rapat dan keras batunya, makin cepat perambatannya. Gelombang P membutuhkan kira-kira 19 menit (kecepatan rambatnya 6 km/s) untuk mencapai sisi sebalik bumi. Gelombang S (kecepatan rambatnya sekitar 3 km/s), terhenti pada batas inti luar yang cair; di situ energinya mungkin diubah menjadi panas. Gelombang P dan S sering disebut sebagai gelombang badan.
Pada peta gempa terdapat garis yang disebut garis isoseista, yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan bumi yang menderita kerusakan yang sama akibat gempa. Garis tersebut biasanya berbentuk lingkaran atau elips sekitar episentrum. Kadang-kadang dapat juga isoseista berbentuk garis patah, karena kepadatan batuan pada kerak bumi yang dilalui gelombang gempa. Setiap isoseista diberi tanda angka Romawi, yang terdekat dengan episentrum diberi angka terbesar, berangsur-angsur mengecil ka arah luar.
Sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat di permukaan bumi yang mencatat gelombang primer pada waktu yang sama disebut homoseista. Manfaat homoseista ini bisa digunakan untuk menentukan letak episentrum, yaitu dengan menentukan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista.